Lampung Tengah, Pikirancendekia.com – Pernyataan Kepala RSUD Demang Sepulau Raya dr.Otneil tentang kepulangan jenazah bayi naik angkot yang menyebar diberbagai media massa provinsi Lampung, lukai perasaan keluarga Chandra Pratama dan Ermilia Sari (Orang tua almarhum bayi) yang  kini masih dalam keadaan shock.

Pasalnya pernyataan kepala RSUD Demang Sepulau Raya  (dr. Otneil) yang menyatakan “Pasien adalah warga tidak mampu, karenanya kita tawarkan antar gratis namun mereka tidak mau”, dinilai bertolak belakang dengan kenyataan.Dimana pihak RSUD Demang Sepulau Raya pada waktu itu, tidak pernah menyatakan hal demikian baik menyatakan kepada dirinya maupun keluarga.

” Tidak ada yang menawarkan kami mengantarkan jenazah gratis seperti yang dikatakan bapak ini, itu tidak ada. Kalau memang benar ada penawaran dari mereka, mana mungkin saya membiarkan anak terbaring lama disitu. Sekarang kita berpikir jauh saja, anak saya meninggal pukul 1:10 wib, jenazah diberangkatkan dari RSUD Demang Sepulau Raya hampir adzan maghrib, terus sampai di Menggala hampir jam 8 malam, kemudian jenazah anak saya langsung dimakamkan malam itu juga. Coba kalau benar mereka menawarkan, pastinya langsung saya terima, anak saya juga dimakamkan pada waktu sore hari. Jadi penawaran itu tidak ada, dan siapa juga yang tidak mau ditawarkan secara gratis, pasti kita semuanya mau”. Terangnya Chandra dengan nada sedih

Lain halnya dengan Jhony (Salah satu keluarga Chandra), Ia menyikapi tentang Angkot keluarga yang disebutkan pihak RS Demang Sepulau Raya. Menurut Dia, walaupun dikatakan angkot keluarga, apapun bentuknya kendaraan yang dipakai membawa jenazah bayi itu, adalah angkot yang dipergunakan untuk angkutan fasilitas umum.” Ya ini angkot yang digunakan untuk mengangkut fasilitas umum. Kalau bukan untuk mengangkut fasilitas umum, bukan angkot lah, kendaraan pribadi namanya. Kami pinjam angkot ini pun bukan pinjam saja, kami memberikan uang 50 ribu kepada pemilik dan membelikan nya bensin, uang itu juga masih hutangan dan sampai saat ini belum terbayar”. Tuturnya

Dilanjutkan Jhony, dirinya berharap ada kebijakan pemerintah provinsi Lampung untuk meringankan beban masyarakat, khususnya keringanan tentang biaya kesehatan.” Kami hanya bisa berharap kepada pemerintah provinsi lampung agar bisa meringankan biaya kesehatan, termasuk biaya untuk transportasi ambulan, sebab biaya transportasi ambulan seperti itu sungguh sangat memberatkan kami, apalagi kami masyarakat kurang mampu”. Harapnya

Sebelumnya, berbagai media massa di provinsi lampung  mempublikasikan terkait informasi pasangan suami istri yang membawa jenazah anaknya menggunakan angkot dari RSUD Demang Sepulau Raya Lampung Tengah. Dalam informasi yang dipublikasikan berbagai media media ini, kepala RS setempat dr. Otneil membantah bahwa pihaknya tidak memfasilitasi ambulan gratis bagi pasien.

Ia menyatakan bahwa pihaknya telah menerapkan prosedur yang ditetapkan. Menurutnya pasien tidak mengunakan angkot fasilitas umum, melainkan angkot milik salah satu keluarga pasien.

Saat pasien meninggal, pihak keluarga menanyakan biaya mobil ambulan. Maka sesuai prosedur, pihak RS mengunakan tarif sesuai Perda yakni dibebankan bagi yang mampu dan gratis bagi yang tidak mampu.

“Pasien adalah warga tidak mampu, karenanya kita tawarkan antar gratis namun mereka tidak mau. Salah satu keluarga pasien ada yang punya mobil angkot, mereka memutuskan naik angkot milik keluarganya,” jelas dr. Otneil, Selasa, 10/10/2017.

Menurutnya pelayanan RSUD Demang Sepulau Raya sudah sangat prosedural. Untuk itu pihaknya membantah terkait informasi RSUD Demang tidak memfasiitasi ambulan gratis bagi pasien “Pelayanan kita di rumah sakit sangat prosedur, bahkan kita bisa jemput pasien di rumah tanpa biaya,” imbuhnya. (tim)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here